BMKG Kaltim Peringatkan Curah Hujan Ekstrem April Ini
Kepala BMKG Stasiun Kelas I SAMS Sepinggan Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto. (BerandaPost.com)

BMKG Kaltim Peringatkan Curah Hujan Ekstrem April Ini

BERANDAPOST.COM, BALIKPAPAN – Berdasarkan evaluasi BMKG curah hujan ekstrem melanda Kalimantan Timur (Kaltim) sepanjang Maret lalu. Beberapa wilayah mencatatkan curah hujan harian melebihi 100 milimeter, sebuah indikasi bahwa intensitas hujan sangat tinggi.

Kepala BMKG Stasiun Kelas I SAMS Sepinggan Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto menjelaskan kondisi tersebut. Ia mengungkapkan beberapa wilayah mengalami curah hujan yang masuk kategori tinggi secara akumulatif bulanan. Mulai dari Mahakam Ulu, Kutai Barat, Kutai Timur, dan Berau.

“Data ini menunjukkan bahwa pola hujan pada Maret berada di atas normal. Melebihi rata-rata curah hujan dalam kurun waktu 30 tahun terakhir” ungkap Kukuh, Rabu (9/4/2025).

Selain curah hujan ekstrem, BMKG juga mencatat peningkatan kejadian cuaca ekstrem dalam jangka pendek. Fenomena yang paling terasa adalah kenaikan suhu udara yang mencapai lebih dari 1 derajat Celsius. Bahkan hingga 1,5 derajat Celsius untuk kota Samarinda. Kenaikan suhu ini tercatat sebagai yang tertinggi dari rata-rata suhu normal.

Baca juga: Hari Pertama ASN Kerja, Wali Kota Sidak Pelayanan Puskesmas

Lebih lanjut, BMKG menyoroti pola hujan Maret dengan dominasi hujan lokal. Artinya, kondisi cuaca cerah pada pagi hari dapat dengan cepat berubah menjadi hujan lebat pada siang atau sore hari.

Selain itu, frekuensi hujan yang merata cenderung lebih sedikit daripada hujan dengan angin kencang, yang justru lebih sering terjadi selama Maret lalu.

Meskipun puncak musim hujan akan terjadi pada Maret dan April, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada pada April ini.

“Puncak musim hujan terjadi pada Maret dan April. Oleh karena itu, masyarakat harus tetap waspada karena puncak kedua dari musim hujan ini masih akan terjadi,” imbuhnya.

POLA MUSIM HUJAN UNIK

BMKG menjelaskan bahwa Kaltim memiliki pola musim hujan yang unik dengan dua kali puncak. Puncak pertama terjadi pada Desember-Januari, dengan penurunan curah hujan pada Februari meskipun tetap ada hujan.

Kemudian, curah hujan kembali meningkat pada Maret dan April, sebelum menurun pada Mei-Juni dan memasuki musim kemarau pada Juli. Pola ini karena pengaruh faktor ekstratorial yang menyebabkan dua kali puncak musim penghujan.

Baca juga: Penertiban Reklame Rokok Bakal Kurangi Pendapatan Balikpapan

Untuk mengantisipasi dampak cuaca ekstrem, BMKG telah berupaya maksimal dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Upaya ini melalui berbagai saluran, termasuk koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan komunitas kebencanaan melalui grup WhatsApp, serta melalui media sosial.

BMKG juga mengimbau masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca terkini dan mengambil langkah-langkah pencegahan untuk meminimalisir risiko akibat cuaca ekstrem. “Terutama saat puncak musim hujan yang perkiraanya masih akan berlangsung pada April ini,” pungkasnya. (*/bro2)