BERANDAPOST.COM, BALIKPAPAN – Harga properti residensial baru di Balikpapan tercatat tumbuh lebih lambat pada triwulan III-2025. Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia menunjukkan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) hanya naik 0,67 persen (yoy), lebih rendah ketimbang triwulan II-2025 yang mencapai 0,81 persen (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan, Robi Ariadi, menjelaskan bahwa perlambatan terjadi pada seluruh tipe rumah.
“Baik tipe besar, menengah, maupun kecil,” kata Rob Ariadi, Sabtu (15/11/2025).
Kenaikan harga masing-masing kategori tercatat 1,66 persen (yoy) untuk tipe besar. Selanjutnya 0,29 persen (yoy) untuk tipe menengah, dan 0,23 persen (yoy) bagi tipe kecil.
“Realisasinya lebih rendah ketimbang periode sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan IHPR terutama karena tertahannya kenaikan harga pada seluruh tipe rumah,” ujarnya.
Penjualan properti residensial pada triwulan III-2025 menurun hingga 44,98 persen (yoy). BI mencatat melemahnya penjualan terkait dengan permintaan yang kembali ke pola normal.
“Seiring melandainya aktivitas proyek strategis nasional seperti pembangunan kilang Pertamina dan Ibu Kota Nusantara (IKN),” ungkapnya.
Dalam kondisi ini, para pengembang mengalihkan fokus penjualan pada rumah tipe menengah dan kecil yang lebih sesuai dengan kemampuan mayoritas konsumen.
RUMAH TIPE KECIL TETAP JADI FAVORIT
Robi menyebut rumah tipe kecil masih menjadi pilihan utama masyarakat Balikpapan. Penjualan unit kategori tersebut mendominasi pasar primer pada triwulan III-2025.
“Permintaan untuk rumah tipe kecil relatif kuat karena harganya lebih terjangkau. Selain itu, ada dukungan pemerintah melalui skema pembiayaan seperti KUR Perumahan, KPP, dan FLPP untuk masyarakat berpenghasilan rendah,” jelasnya.
Sebanyak 86 persen pembelian rumah baru pada triwulan III-2025 masih menggunakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR), meski turun dari 89 persen pada triwulan sebelumnya. Pembelian tunai meningkat dari 3 persen menjadi 12 persen, sementara 2 persen lainnya melalui pembayaran tunai bertahap.
Pertumbuhan penyaluran KPR juga melambat menjadi 5,02 persen (yoy), turun dari triwulan II-2025 yang mencapai 5,26 persen (yoy).
BI DORONG PERTUMBUHAN KREDIT MELALUI KLM
Bank Indonesia terus memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk menjaga pertumbuhan kredit properti. Kebijakan ini menyasar sektor-sektor prioritas seperti perumahan, UMKM, pertanian, perdagangan, transportasi, pergudangan, hingga ekonomi hijau.
“BI akan terus memperkat kebijakan KLM untuk mendorong pertumbuhan pembiayaan perbankan, terutama pada sektor yang memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja,” tegas Robi.
Ia menambahkan bahwa sektor real estate tetap memiliki prospek positif, sejalan dengan perkembangan kredit properti yang mulai menunjukkan perbaikan pada triwulan III-2025. (bro2)


