KALTIM
Beranda / TOPIK / KALTIM / BMKG Balikpapan Ungkap Fluktuasi Cuaca Kaltim saat Kemarau

BMKG Balikpapan Ungkap Fluktuasi Cuaca Kaltim saat Kemarau

Kawasan muara sungai Manggar Besar dengan langit yang cerah. Namun tiba-tiba bisa berubah menjadi mendung dan hujan deras karena fluktuasi cuaca. (Berandapost.com)

BERANDAPOST.COM, BALIKPAPAN – BMKG Balikpapan menyebut cuaca Kalimantan Timur (Kaltim) saat ini fluktuatif meski masih dalam periode curah hujan terendah. Normalnya, Agustus hingga September merupakan puncak kemarau dengan curah hujan paling rendah untuk wilayah Kaltim.

Namun, hujan deras hingga memicu banjir terjadi untuk beberapa daerah pada awal Agustus hingga September tahun ini.

“Dari pantauan kami, Agustus lalu curah hujannya lumayan tinggi, bahkan menyebabkan teman-teman BPBD harus terjun langsung ke daerah-daerah rawan banjir,” ujar Kepala BMKG Stasiun SAMS Sepinggan Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, Selasa (30/9/2025).

Ia menjelaskan, curah hujan tinggi ini karena pengaruh suhu muka laut Selat Makassar dan Samudera Pasifik bagian barat. Kondisi itu memengaruhi distribusi uap air menuju Indonesia, termasuk Kaltim, sehingga memicu pembentukan awan hujan lebih intens.

Sebaliknya, kondisi kering yang terjadi saat ini sesuai dengan pola normal Agustus dan September bagi Kaltim.

Penjualan Ilegal BBM Subsidi di Nipah-Nipah Terbongkar

Menurut Kukuh, kekeringan dalam beberapa tahun terakhir karena dampak munculnya siklon tropis utara Kalimantan dan Sulawesi.

“Beberapa waktu lalu muncul siklon tropis bernama Ragasa, kemudian menyusul siklon tropis Bualoi. Siklon-siklon inilah yang menyebabkan wilayah Kaltim cenderung kering, dan ini sebenarnya normal pada bulan-bulan ini,” jelasnya.

BMKG mencatat saat ini Kaltim masih memiliki potensi kering, meski hujan lokal ringan hingga sedang mulai terjadi.

BMKG juga mengimbau masyarakat agar waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem serta memantau informasi resmi BMKG terkait potensi hujan tinggi.

“Kami juga mengingatkan agar masyarakat tetap siaga menghadapi risiko kebakaran hutan dan lahan selama periode kering berlangsung,” pungkas Kukuh. (*/bro2)

APBD-P PPU 2025 Rp2,41 Triliun, Transfer Pusat Berkurang