BUPATI Penajam Paser Utara (PPU), H. Mudyat Noor, menyampaikan sebuah gagasan yang layak mendapat perhatian serius. Gagasan agar setiap sekolah membiasakan siswa dengan penguatan wawasan kebangsaan dan adab sebelum memulai proses pembelajaran.
Ide ini bukan sekadar rutinitas tambahan dalam ruang kelas. Melainkan upaya strategis untuk membangun generasi yang bukan hanya cerdas secara akademis, tetapi juga matang dalam karakter, beradab, serta memiliki rasa cinta tanah air yang kokoh.
Dalam arus globalisasi yang begitu deras, anak-anak kita menghadapi tantangan besar berupa nilai-nilai kebangsaan dan adab yang telah luntur dalam kehidupan sehari-hari.
“Wawasan kebangsaan dan adab di sekolah ini sangat penting. Insyaallah ini akan kita wajibkan pada sekolah-sekolah yang ada,” kata Mudyat Noor dalam kesempatan.
Menurutnya, fenomena degradasi moral, perundungan, hingga sikap individualistis yang kian menguat menjadi alarm bagi dunia pendidikan.
GAGASAN BUPATI LANGKAH PREVENTIF
Dalam konteks inilah gagasan Bupati PPU hadir sebagai langkah preventif dan solutif. Sekolah bukan hanya tempat mengasah otak, tetapi juga tempat menanamkan karakter kebangsaan dan budi pekerti.
Wawasan kebangsaan pada dasarnya adalah pemahaman menyeluruh mengenai jati diri bangsa Indonesia, dasar negara Pancasila, UUD 1945, serta semangat persatuan dalam kebhinnekaan. Menanamkan wawasan ini berarti mengajak anak-anak untuk memahami siapa dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia, serta menumbuhkan rasa bangga dan tanggung jawab dalam menjaga NKRI.
Jika setiap pagi sebelum memulai pelajaran mengajak para siswa untuk menyanyikan lagu kebangsaan, mendengar cerita perjuangan, atau berdiskusi tentang nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, maka sekolah telah berperan sebagai benteng pertama dalam menjaga keutuhan bangsa.
Generasi muda yang memiliki wawasan kebangsaan akan lebih kuat menghadapi gempuran ideologi transnasional maupun pengaruh budaya luar yang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan.
Selain wawasan kebangsaan, Bupati PPU Mudyat Noor juga menekankan pentingnya adab dalam sekolah. Hal ini sejalan dengan filosofi pendidikan klasik yang menyebutkan bahwa adab lebih tinggi dari ilmu. Seorang anak boleh saja pintar dalam berhitung atau sains, tetapi tanpa adab, kepintaran itu bisa kehilangan arah dan justru membahayakan.
Adab mencakup sikap hormat kepada guru, sopan santun kepada teman, disiplin dalam belajar, hingga kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Jika budaya adab tertanam setiap hari, sekolah akan melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter mulia, beretika, dan mampu hidup harmonis bersama masyarakat.
IMPLEMENTASI NYATA DALAM SEKOLAH
Untuk mewujudkan gagasan ini, ada beberapa langkah konkret antara lain:
1. Ritual Pagi Kebangsaan – Sebelum memulai pelajaran, sekolah bisa mengadakan sesi singkat seperti menyanyikan lagu nasional, pembacaan Pancasila, doa bersama, atau mendengarkan kisah inspiratif perjuangan bangsa.
2. Penguatan Pendidikan Karakter – Guru tidak hanya mengajarkan materi akademik, tetapi juga memberi teladan dalam hal adab. Sekolah bisa membuat kode etik sederhana untuk siswa membiasakannya setiap hari.
3. Kegiatan Ekstrakurikuler Bertema Kebangsaan – Pramuka, paskibra, seni budaya daerah, hingga forum diskusi kebangsaan menjadi sarana menumbuhkan rasa cinta tanah air.
4. Keterlibatan Orang Tua – Pendidikan adab dan kebangsaan bukan hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluarga. Sinergi orang tua dan guru akan memperkuat proses pembiasaan ini.
Mudyat Noor berharap jika gagasan ini benar-benar terwujud pada setiap sekolah, maka dalam jangka panjang PPU akan memiliki generasi yang unggul, tidak hanya dalam prestasi akademik, tetapi juga dalam moral dan jiwa nasionalisme. Mereka akan tumbuh menjadi anak-anak bangsa yang siap menghadapi tantangan zaman dengan identitas yang kokoh.
Dalam era ketika kecerdasan buatan dan teknologi semakin menguasai kehidupan, pembeda utama manusia bukanlah sekadar kepintaran, melainkan karakter dan adab. Maka, apa yang Bupati PPU cetuskan bukan hanya relevan, tetapi sangat visioner. Pendidikan yang menyeimbangkan otak dan hati adalah kunci untuk menyiapkan generasi emas Indonesia 2045. (*)
Disclaimer:
“Pandangan dalam opini ini adalah milik penulis dan tidak selalu mencerminkan pandangan resmi dari BerandaPost.com. Kami menyediakan ruang bagi berbagai perspektif untuk berdiskusi dan berbagi pandangan dalam berbagai topik. Penulis bertanggung jawab penuh atas isi tulisannya.”