BERANDAPOST.COM, SAMARINDA – Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan bekerja sama untuk mewujudkan transportasi ideal di Samarinda. Kerja sama ini dalam program Economic Innovation Partnership Program (EIPP) 2024/2025.
Saat ini, program tersebut memasuki fase kelima. Samarinda terpilih sebagai kota mitra Ibu Kota Nusantara (IKN). Kota ini juga menjadi pilot project pengembangan transportasi berkelanjutan.
Program ini fokus pada Studi Kelayakan Awal Pembangunan dan Pusat Pengendalian Sistem Transportasi Perkotaan. Ini adalah langkah awal merancang Samarinda Sustainable Urban Mobility Plan (SUMP).
Sangchul Lee yang memimpin tim konsultan Pemerintah Korea melakukan kunjungan kerja ke Samarinda. Kunjungan ini merupakan tindak lanjut pertemuan sebelumnya di Jakarta.
Sekretaris Daerah Kota Samarinda, Hero Mardanus Satyawan berharap tim konsultan dapat melakukan survei lapangan untuk memahami kondisi transportasi.
“Melalui survei lapangan ini, kami berharap tim konsultan memberikan rekomendasi terbaik untuk transportasi yang ideal,” ujar Hero, Senin (25/2/2025).
Sementara itu, Sangchul Lee menjelaskan bahwa mereka akan merancang rencana mobilitas perkotaan yang berkelanjutan untuk Samarinda. Rencana ini mempertimbangkan faktor strategis, seperti kondisi Indonesia, IKN, dan pengembangan lingkungan.
Kajian ini melibatkan analisis kelayakan teknis, finansial, dan ekonomi. Hal ini bertujuan menciptakan kapasitas efektif untuk pembangunan infrastruktur ramah lingkungan.
PROYEK BERLANGSUNG SETAHUN
Proyek ini rencananya berlangsung selama satu tahun. Setelah survei awal, mereka akan memaparkan hasil analisis data pada Agustus 2025. Selain itu, delegasi dari Samarinda berpotensi mendapat undangan ke Korea Selatan untuk mengikuti capacity building. Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan pengelolaan transportasi perkotaan.
Kemudian pada Oktober 2025, laporan akhir yang memuat rekomendasi dan rencana implementasi akan mereka paparkan. Pemerintah Kota Samarinda memberikan dukungan penuh dalam menyediakan data untuk studi ini.
“Kami berharap mendapatkan masukan terkait penataan jalur transportasi dan integrasi antar moda,” jelas Hero.
Selain itu, potensi transportasi air juga menjadi perhatian. Sungai Mahakam dapat menjadi jalur transportasi alternatif.
Bahkan pihak Korea Selatan juga membuka peluang pendanaan melalui kementerian perhubungan mereka. Namun, kerja sama ini membutuhkan persetujuan kementerian terkait. (*/bro2)