“Mas, siang nanti mas Hendra Kusuma mau ke Penajam, naik motor. Lewat (kapal) feri. Jumat pulang. Ikut ke sini kah?”. Sebuah pesan melalui Aplikasi WhatsApp masuk ke hp saya.
Kok naik feri pikir saya. Padahal akses menuju ke pelabuhan nya jauh. Apalagi jalan masuk ke dermaganya itu loh. Yang ber trap-trap. Yang mesti memperlihatkan kemampuan mengemudi yang baik.
Apalagi kalau mobil kecil. Duh. Skill pengemudinya harus mumpuni. Salah-salah bisa tersangkut bagian bawah mobil. Jelek deh.
Di Kota Balikpapan ada beberapa pilihan untuk menyeberang ke Penajam Paser Utara (PPU). Salah satunya menggunakan Kapal Feri. Pelabuhan Penyeberangan Kariangau namanya, yang melayani rute ke Penajam. Juga ke Kota Parepare dan Taipa, Kota Palu, Sulawesi Tengah.
Beberapa hari sebelumnya saya ke situ. Tepatnya hari Minggu. Akhir pekan. Saya mengantar saudara yang baru selesai operasi batu ginjal. Operasinya di perut, dan mesti menahan napas, juga sakit saat mobil melewati jalan turun menuju ke dermaga feri itu.
Saya bahkan menyesal. Kenapa waktu itu menggunakan mobil kecil. Tapi mobil besar memang tak punya. Mau beli, tapi apalah daya dompet tak sampai.
Kurang lebih dua tahun sebelumnya saya juga ke situ. Melewati jalan yang sama. Kondisinya pun masih sama seperti sekarang, atau mungkin juga lebih jelek. Saya lupa. Karena yang jelek tidak saya ingat.
Pelabuhan penyeberangan ini punya dua akses. Untuk masuk dan keluar, jaraknya lumayan dekat. Hanya sekali lompatan saja bagi Hulk si manusia hijau. Juga sama-sama punya kontur jalan ber-trap. Silakan uji kemampuan skill mengemudi Anda di situ.
Pelabuhannya terlihat sepi saat itu. Padahal hari minggu. Ada tiga kapal feri yang sandar. Kala itu. Sedang menunggu penumpang. Kapal pun cukup lengang, karena yang ditunggu seperti tak kunjung datang. Nelangsa.
DULU RAMAI, KINI TERLUPAKAN
Dulu dermaga ini selalu ramai. Apalagi saat akhir pekan. Kadang mesti antre kalau mau naik ke feri.
Apakah ada perubahan alat transportasi penyeberangan? Mungkin juga. Misal pengguna sepeda motor. Yang sejak pelabuhan ke Penajam pindah dari pelabuhan Somber ke Kariangau, lebih memilih naik kapal kelotok dari Kampung Baru.
Dermaganya memang tidak terlalu jauh dari pusat kota. Aksesnya pun cukup mudah. Tidak perlu mengeluarkan skill berkendara. Tinggal sepeda motor naik ke kapal. Yang angkat juga sudah ada petugasnya sendiri. Penumpang tinggal duduk saja dalam kapal.
Atau mungkin karena pengguna transportasi feri trauma. Dengan kejadian feri tenggelam beberapa bulan silam. Bisa jadi juga begitu. Ya, karena hari nahas tidak ada dalam kalender.
Kawan saya kebetulan ada dalam kapal feri KMP Muchlisa yang tenggelam itu. Sampai sekarang sepertinya kawan saya masih trauma dengan kejadiannya, juga pergantiannya.
Atau mungkin karena ada IKN. Sehingga jalur lama yang dulu kurang banyak peminatnya, kini mulai diminati. Apalagi jalan-jalannya, sudah mendapat perbaikan semua. Jalannya jadi baru dengan cor. Lebih ramai yang melintas
Adik saya tinggal di Samarinda. Ia memang lebih memilih keluar dari pintu tol Samboja kalau mau ke Penajam. Kemudian lanjut lewat jalur IKN dan sampai ke Petung, salah satu kecamatan dari Kabupaten Penajam Paser Utara.
Alasannya waktu itu: feri mahal. Tapi bisa jadi juga karena akses menuju ke sana yang jauh. Rusak pula dekat dermaganya. Mungkin orang Samarinda yang mau ke Penajam punya pikiran yang sama.
Kendati demikian, kepada yang merasa bertanggung jawab, mbok ya perbaiki jalan menuju ke pelabuhan. Kasihan bagi yang masih setia menggunakan alat tranportasi ini. Jangan karena ada yang baru, yang lama justru terlupakan. (*)