BERANDAPOST.COM, PENAJAM – Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mengalami deflasi sebesar 0,78 persen pada Agustus 2025 dibanding bulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahun kalender Januari–Agustus 2025 mencapai 1,93 persen (ytd).
Secara tahunan, inflasi IHK PPU berada pada angka 2,99 persen (yoy), lebih tinggi dari inflasi nasional 2,31 persen (yoy) dan gabungan empat kota Kalimantan Timur yang tercatat 1,79 persen (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Balikpapan, Robi Ariadi, menyampaikan deflasi PPU terutama karena dorongan kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,81 persen.
“Komoditas yang paling menekan inflasi bulan ini adalah tomat, cabai rawit, semangka, sawi hijau, dan kacang panjang. Turunnya harga karena melimpahnya pasokan dari sentra produksi serta musim panen yang membuat stok terjaga. Permintaan juga stabil,” jelasnya.
Tomat dan cabai rawit mengalami penurunan harga signifikan akibat panen raya dari Sulawesi dan Jawa. Semangka ikut menekan inflasi karena puncak musim panen yang berlangsung pada Juli–Agustus. Sementara itu, harga sawi hijau dan kacang panjang turun berkat meningkatnya produksi lokal.
Namun, inflasi tetap muncul dari kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga dengan andil 0,02 persen. Robi mengungkapkan ada lima komoditas yang justru mengalami kenaikan harga, yakni ikan layang, beras, ikan tongkol, bawang merah, dan ketimun.
“Harga ikan layang dan tongkol naik karena cuaca buruk membuat nelayan lebih sedikit melaut. Untuk beras, stok terbatas akibat berkurangnya pasokan dari Jawa dan Sulawesi, terutama kategori premium,” katanya.
Ia menambahkan, pemicu kenaikan harga bawang merah akibat menurunnya produksi pada sentra utama akibat kemarau basah yang membuat tanaman rentan penyakit. Sedangkan ketimun mengalami kenaikan karena hasil produksi lokal terhambat cuaca.
“Bank Indonesia bersama TPID terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah daerah agar ketersediaan pasokan dan distribusi pangan tetap terjaga, sehingga inflasi bisa lebih terkendali,” pungkas Robi. (bro2)