Tiga Orang Meninggal Akibat Difteri, KLB Diberlakukan

Tiga Orang Meninggal Akibat Difteri, KLB Diberlakukan

BERANDAPOST.COM, TANJUNG REDEB – Kabupaten Berau mendapati adanya kasus difteri setelah pemeriksaan sampel suspek dilakukan di Laboratorium Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (Labkesprov Kaltim). Dari hasil pemeriksaan, empat kasus positif difteri telah terkonfirmasi.

Temuan tersebut dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Berau, Lamlay Sari yang menegaskan empat kasus tersebut, dua di antaranya terjadi pada akhir tahun 2023, sedangkan dua lainnya terjadi pada tahun 2024.

“Tiga dari empat kasus positif difteri berujung pada kematian,” ungkap Lamlay Sari, Minggu (24/3/2024).

Difteri merupakan penyakit menular dan dapat menimbulkan gejala yang mengkhawatirkan. Gejalanya meliputi sakit tenggorokan yang parah, demam, dan pembentukan lapisan tebal di amandel serta tenggorokan.

Bahkan dalam kasus yang parah, infeksi akibat terpapar bakteri Corynebacterium tersebut dapat menyebar ke organ tubuh lainnya seperti jantung, sistem saraf, dan kulit.

“Menghadapi situasi ini, kami dengan cepat merespons dengan menetapkan Status Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Difteri melalui SK Bupati Berau Nomor 23 Tahun 2024,” kata Lamlay.

Wilayah yang terkena kasus difteri meliputi Kecamatan Teluk Bayur, Pulau Derawan, Kelay, dan Gunung Tabur. Sebagai respons, dilakukan kegiatan Outbreak Response Immunization (ORI) di wilayah terdampak, sesuai dengan lokasi ditemukannya kasus difteri.

“Kami mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang dianjurkan,” pesannya.

Langkah pencegahan yang dimaksud mulai dari melengkapi imunisasi dasar pada anak-anak, menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), menggunakan masker saat mengalami gejala batuk dan pilek, menjaga jarak fisik, menghindari kerumunan, dan mengonsumsi gizi seimbang.

“Masyarakat diharapkan segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala sakit difteri,” imbuhnya.

Gejala difteri termasuk demam, nyeri saat menelan, terdapat pseudomembran putih keabuan di tenggorokan, pembengkakan leher, dan sesak napas disertai suara.

Mengetahui gejala tersebut, maka segera mencari pertolongan medis untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari penyakit ini. (*/bro2)

Kolaborasi Surveilans, Cegah KLB DBD di PPU

BERANDAPOST.COM, PENAJAM – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) cukup tinggi di Kabupaten Penajam Paser Utara pada awal tahun ini. Dibutuhkan upaya pencegahan agar tidak berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB).

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) PPU, Budi Santoso mendapatkan informasi dari beberapa Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) terkait lonjakan kasus karena gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut.

“Sudah mengalami lonjakan tinggi, 50 kasus,” kata Budi Santoso, Kamis (8/2/2024).

Puskesmas Babulu mencatatkan kasus DBD paling tinggi termasuk Waru dan Petung. “Dari sebelas puskesmas yang ada,” sebutnya.

Menurutnya, BPBD memiliki peranan dalam mengantisipasi lonjakan kasus agar tidak menjadi KLB. Bahkan telah dilaksanakan rapat koordinasi (rakor) bersama Dinas Kesehatan dan Puskesmas se-PPU.

“Kami akan berkolaborasi untuk melakukan surveilans di setiap wilayah, karena yang diantisipasi itu di pembiakan, bukan nyamuk dewasa,” ujarnya.

Genangan air yang bersih dan kurang mendapat sinar matahari menjadi lokasi nyamuk untuk berkembang biak. Nyamuk demam berdarah tidak mau menetaskan telurnya di air yang kotor.

“Tidak mau digenangan air yang kotor atau bercampur tanah,” sebutnya.

Masyarakat diimbau untuk menjaga kebersihan lingkungan serta melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Pasalnya, suatu wilayah dinyatakan aman DBD apabila satu rumah 90 persen bebas jentik.

“Masyarakat harus rajin melakukan 3M seperti menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air serta mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi dijadikan sarang nyamuk,” jelasnya. (*/bro2)