BERANDAPOST.COM, BALIKPAPAN – Kebakaran dan ledakan terjadi dalam kawasan Kilang Pertamina pada Rabu (4/12/2024) pagi. Berawal dari kebocoran gas yang kemudian meledak dan memicu kobaran api.
Bahkan membuat dua pekerja menjadi korban ketika melakukan penanganan. Korban pun segera mendapat pertolongan dan harus dirujuk ke salah satu rumah sakit di Jakarta.
Peristiwa ini juga membuat operasional kilang yang memproduksi bahan bakar minyak (BBM) dan LPG menjadi terganggu. Akibatnya mendapat protes masyarakat sekitar yang berujung pada aksi demonstrasi.
Sayangnya, aksi massa semakin mengarah ke anarkis. Pihak kepolisian yang berjaga pun sempat kewalahan menangani demonstran. Sehingga mereka harus menembakkan gas air mata dan water canon untuk membubarkan massa agar tidak masuk dalam objek vital nasional. Sementara penanganan kebakaran masih terus berjalan.
SIMULASI KEADAAN DARURAT
Kondisi tersebut merupakan simulasi keadaan darurat atau Emergency Drill Level 3. Pelaksananya adalah PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU V Balikpapan. terjadi dalam kawasan Kilang Pertamina. Simulasi bertujuan untuk menguji kesiapan dan meningkatkan responsivitas tim dalam menghadapi keadaan darurat dalam skala besar.
Pjs. General Manager PT KPI RU V Balikpapan, Novie Handoyo Anto, menjelaskan bahwa simulasi juga untuk menanamkan prosedur penanganan yang tepat jika terjadi keadaan darurat.
“Terus terang kami tidak berharap kejadian sesungguhnya. Namun, kami menjaga kilang minyak yang sangat penting,” kata Novie.
Ia menekankan bahwa kebocoran tidak boleh terjadi, karena dapat menyebabkan kebakaran lebih lanjut pada kawasan kilang. Kilang Balikpapan sendiri memproduksi bahan bakar minyak (BBM) dan LPG untuk masyarakat.
“Oleh karena itu, kami terus bersiap menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi,” imbuhnya.
LIBATKAN MASYARAKAT SIAGA BENCANA
Simulasi kali ini melibatkan berbagai stakeholder, termasuk Kepolisian dan Masyarakat Siaga Bencana. Selain itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Lingkungan Hidup (DLH), serta Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) juga turut berpartisipasi.
“Alhamdulillah, simulasi ini kami persiapkan dengan baik. Mudah-mudahan peristiwa sesungguhnya tidak terjadi,” harapnya.
Pelaksanaan simulasi ini juga menjadi bahan evaluasi, mulai dari urutan peristiwa hingga penanganan dari Manajemen RU V dan tim garis depan kilang. Koordinasi yang baik dengan stakeholder seperti kepolisian, juga berperan penting agar penanganan demonstrasi bisa tertangani dengan cepat dan tepat.
Sebagai informasi, keadaan darurat level 3 merupakan tingkatan paling tinggi. Oleh karena itu, KPI RU V Balikpapan mengerahkan sekitar 70 persen dari seluruh sumber daya yang mereka miliki.
“Tingkatan level 3 ini sangat penting karena dampaknya bisa memengaruhi bisnis Pertamina,” pungkas Novie. (bro2)