ITB Dorong Petani IKN Terapkan Smart Farming dan Pupuk Organik
Para akademisi ITB menunjukkan bahan dan metode smart farming dan pupuk organik dengan sumber daya lokal yang mudah didapatkan petani. (Istimewa)

ITB Dorong Petani IKN Terapkan Smart Farming dan Pupuk Organik

BERANDAPOST.COM, PENAJAM – Tim Pengabdian Masyarakat dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB) memperkenalkan konsep smart farming dan teknologi produksi pupuk organik kepada kelompok tani di Kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari, dari 1 hingga 3 Juli 2025, di Desa Argo Mulyo, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.
“Kami ingin para petani bisa memproduksi pupuk organik sendiri dari bahan-bahan yang tersedia di sekitar mereka, yang murah namun efektif untuk meningkatkan kesuburan tanah dan hasil pertanian,” ujar Ketua Tim PM SITH ITB, Dr Ir Mustika Dewi M Si.
Dalam pelatihan tersebut, tim SITH ITB yang terdiri dari Dr Mamat Kandar, Dr Eri Mustari, Noor Rahmawati M Si, serta dua mahasiswa, Joel Natanael Sibarani dan Muhamad Bilal Basayev, memberikan materi seputar smart farming, pemanfaatan limbah organik, dan teknologi fermentasi untuk pembuatan pupuk.
Dr Mamat Kandar membuka sesi dengan menjelaskan tentang teknologi smart farming.
“Smart farming adalah metode pertanian berbasis IT yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan hasil produksi. Petani perlu beradaptasi dengan teknologi agar tidak tertinggal dalam menghadapi tantangan pertanian modern,” jelasnya.
Sementara itu, Dr Mustika Dewi menambahkan, penggunaan pupuk organik seperti meta enzyme, pupuk organik cair (POC) serta pupuk padat berbasis fermentasi bisa menjadi solusi jangka panjang untuk pertanian berkelanjutan.
Para peserta yang merupakan anggota Kelompok Tani Saudara turut dilibatkan dalam praktik langsung membuat pupuk organik, mulai dari skala rumah tangga hingga skala menengah, menggunakan bahan dan alat yang mudah ditemukan di sekitar mereka.
Tak hanya itu, tim ITB juga memperkenalkan teknologi tepat guna untuk komposting sampah rumah tangga, yang langsung dapat diterapkan dalam budidaya sayuran secara organik, termasuk dalam sistem akuaponik yang sedang dikembangkan di desa tersebut.

BERI PENDAMPINGAN BERKELANJUTAN

Pendampingan dari tim ITB tidak berhenti di lokasi kegiatan. Mereka tetap berkomunikasi melalui grup WhatsApp yang menjadi wadah konsultasi dan evaluasi antara tim akademisi dan para petani.
“Kami senang bisa berdiskusi langsung dan mendapatkan jawaban dari para ahli. Ilmu seperti ini sangat kami butuhkan,” ucap salah satu peserta pelatihan.
Kepala Desa Argo Mulyo, Sukesi, juga menyambut baik kegiatan tersebut dan hadir mendampingi pelaksanaan pelatihan selama tiga hari.
“Kami berharap pelatihan ini bisa terus berlanjut dan para petani bisa menghasilkan sayuran organik berkualitas yang punya pasar khusus di IKN,” kata Sukesi. (bro3)