Lawan Pengetap Pakai Subsidi Tepat

BERANDAPOST.COM, BALIKPAPAN – Sudah beberapa hari terakhir ini, terpampang pengumuman di tepi jalan jalur antrean kendaraan hingga ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Pengumuman tersebut bertuliskan “Pembelian Pertalite Wajib Menggunakan QR Code Subsidi Tepat”.

Seperti di SPBU Coco MT Haryono. Tampak pengumuman dengan huruf kapital berwarna merah dan dasar putih tersebut terpasang.

Tidak terlihat antrean panjang kendaraan terutama mobil pada Minggu (24/3/2024). Padahal antrean termasuk para pengetap Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertalite, mengular hingga ke persimpangan telah menjadi pemandangan sehari-hari di kawasan Jalan MT Haryono, Kelurahan Damai, Kecamatan Balikpapan Kota.

Area Manager Comm, Rels & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra menjelaskan alasan penerapan Subsidi Tepat dalam transaksi Pertalite bagi kendaraan roda empat.

“Jadi sebenarnya subsidi tepat ini kan sistem pencatatan pelat-pelat nomor kendaraan (mobil) untuk didata, yang nantinya difungsikan, apakah ke depan berhak mendapatkan subsidi,” kata Arya kepada Beranda Post.

Subsidi Tepat merupakan salah satu fitur yang terdapat pada aplikasi MyPertamina. Khusus di Kota Balikpapan, Subsdi Tepat difungsikan penuh untuk kendaraan berbahan bakar Solar.

“Sementara ini memang Subsidi Tepat baru diberlakukan untuk Solar sebagai pembatasan,” sebutnya.

Area Manager Comm, Rels & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra. (BerandaPost.com)

Sedangkan untuk Pertalite, pemakaian Subsidi Tepat diberlakukan hanya sebagai pencatatan pelat kendaraan roda empat yang mengisi bahan bakar bersubsidi di SPBU.

“Untuk melihat SPBU mana yang kedapatan melayani kendaraan melakukan pengisian berulang-ulang. Jadi untuk mengetahui itu saja dulu,” imbuhnya.

Apabila ditemukan kendaraan yang mengisi Pertalite secara berulangkali, maka disinyalir adalah milik pengetap. Nantinya Pertalite dijual kembali secara eceran, baik menggunakan botol ataupun dipindahkan ke Pom Mini.

Harganya Rp13 ribu per liter, lebih mahal dari yang dijual di SPBU yakni Rp10 ribu per liter.

“Karena kalau sudah mengisi berulang-ulang, misalkan sehari 50 liter, besok 50 liter, dia mau kemana? Kan nggak mungkin Balikpapan ke Samarinda pulang pergi,” ujarnya.

SPBU yang terbukti melayani transaksi Pertalita terhadap mobil yang sama secara berulang-ulang, dipastikan mendapat sanksi dari Pertamina Patra Niaga. Sanksi tersebut berupa penghentian sementara pasokan Pertalite selama 14 (empat belas) hari sebagai langkah pembinaan.

“Bisa ditindak seperti yang kami lakukan di SPBU Coco Karang Anyar dan SPBU Gunung Malang. Kami berikan sanksi karena melayani kendaraan yang berulang kali mengisi Pertalite,” pungkas Arya. (bro2)

TA Revamp Tak Pengaruhi Stok BBM dan LPG

BERANDAPOST.COM, BALIKPAPAN – Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh pemillik kendaraan dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) pada kelompok rumah tangga, dipastikan meningkat saat menjelang hingga setelah Hari Raya Idulfitri tahun ini.

Sementara Kilang Balikpapan masih dalam proses Turn Arround-Plant Stop Revamp (TA Revamp), yang artinya produksi BBM dan LPG disetop sementara. TA Revamp berlangsung selama 58 hari sejak 15 Februari lalu.

Kendati begitu, Area Manager Comm, Rels & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra memastikan stok BBM dan LPG dalam keadaan aman.

“Kami mengoptimalkan distribusi dan mengamankan stok bahan bakar yaitu BBM, LPG dan Avtur di seluruh Terminal BBM,” kata Arya usai buka puasa bersama awak media di Balikpapan, Jumat (22/3/2024) malam.

Terminal BBM yang dimaksud Arya antara lain Integrated Terminal (IT) maupun di Fuel Terminal (FT). Sedangkan Avtur sebagai BBM khusus pesawat udara ditempatkan di Aviation Fuel Terminal (AFT).

“Untuk pendistribusian, kami libatkan lembaga penyalur seperti SPBU dan pangkalan LPG,” ujarnya.

Pemenuhan kebutuhan BBM dan LPG khususnya di Kalimantan Timur dilayani melalui suplai dari IT Balikpapan, FT Samarinda dan Jobber Berau yang juga mendistribusikan Avtur.

Rinciannya, BBM didistribusikan ke 169 unit SPBU dan 108 unit Pertashop. Kemudian LPG disalur ke lebih dari 3.100 pangkalan, serta Avtur disuplai ke 2 AFT di Kalimantan Timur.

“Saat ini kondisi stok BBM, LPG dan Avtur di wilayah Kalimantan Timur dalam keadaan aman,” ungkapnya.

IT Balikpapan, FT Samarinda dan Jobber Berau memiliki ketahanan stok Pertalite antara 8-12 hari akumulatif. Sedangkan Pertamax sekitar 14-18 hari, Solar sekitar 5-8 hari dan LPG sekitar 6-8 hari.

Area Manager Comm, Rels & CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan, Arya Yusa Dwicandra. (BerandaPost.com)

“Ketahanan untuk Avtur di AFT Sepinggan Grup dengan aneksasi AFT APT Pranoto dan AFT Kalimarau memiliki ketahanan hingga 6-14 hari akumulatif,” bebernya.

Ketahanan stok dipastikan terus bertambah seiring dengan distribusi stok BBM melalui kilang dan kapal. “Ship To Ship (STS) Balikpapan,” ucapnya.

Sementara itu, rerata normal penyaluran harian produk BBM di Kaltim sampai dengan 21 Maret 2024 untuk Pertalite sebanyak 1.643 Kiloliter (KL) per hari, Pertamax 513 KL per hari dan Biosolar 538 KL per hari.

Sedangkan untuk LPG 3 Kg, penyaluran harian sebanyak 375 Metrik Ton (MT) per hari dan LPG Nonsubsidi sebanyak 104 MT per hari. Kemudian Avtur penyaluran harian sekitar 268 KL.

Kemudian khusus Kota Balikpapan, rerata normal penyaluran harian BBM sampai dengan 21 Maret 2024 diantaranya Pertalite sebanyak 200 Kiloliter (KL) per hari, Pertamax 188 KL per hari dan Biosolar sebanyak 87 KL per hari.

Selanjutnya LPG 3 Kg sebanyak 62 MT per hari dan LPG Nonsubsidi sebanyak 27 MT per hari. “Untuk avtur penyaluran harian sekitar 222 KL” sebutnya.

Pertamina juga akan mengaktifkan posko Satgas Ramadan dan Idulfitri (RAFI) serta penambahan beberapa titik SPBU Kantong di jalur-jalur wisata atau jalur mudik.

“Posko satgas rencananya dimulai 25 Maret dan akan berakhir 21 April 2024. Posko ini akan memantau stok dan distribusi BBM, LPG dan Avtur selama Ramadan dan Idulfitri 1445 H,” jelas Arya.

Permintaan Pertalite dan Pertamax pada momen yang sama tahun lalu meningkat sekitar 6 hingga 8 persen. Kondisi serupa juga terjadi pada LPG yang naik sekitar 3 persen.

“Begitu juga dengan Avtur, akan ada kenaikan. Tapi untuk angka pastinya akan kami sampaikan setelah satgas dimulai,” pungkasnya. (bro2)