BERANDAPOST.COM, PENAJAM – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meresmikan Grand Launching Sekolah Laboratorium Pancasila (SLP) di SD Negeri 013, Desa Giri Mukti, Petung, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), pada Jumat (13/9/2024).
Kegiatan ini dihadiri oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten PPU H Tohar beserta seluruh jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) PPU.
“Alhamdulillah, akhirnya saya bisa memenuhi janji saya untuk hadir khusus meluncurkan SLP,” ujar Menteri Muhadjir Effendy saat memberi sambutan.
Menteri Muhadjir Effendy mengatakan bahwa ia sangat menghargai pendiri dan penyelenggara SLP sebagai upaya yang baik. Ia menilai banyak cara, jalan, dan metode untuk memberikan pemahaman dan menerapkan nilai-nilai Pancasila.
“Salah satunya melalui SLP ini,” ungkapnya.
Ia berharap semua murid dapat benar-benar menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Menurutnya, nilai Pancasila merupakan pandangan sempurna yang dimiliki setiap orang, yang menjadi dasar sikap dan tindakan seseorang.
Ada tiga hal yang terkandung dalam nilai-nilai tersebut. Pertama, nilai kebenaran yang memanfaatkan logika untuk membedakan kebenaran atau kesalahan.
Kedua, berkaitan dengan nilai baik dan buruk, yang dinilai berdasarkan etika untuk membedakan baik dan buruk.
“Terakhir, manusia diciptakan Tuhan untuk menilai keindahan atau keburukan yang dinilai melalui karunia Tuhan kepada manusia, namanya estetika,” urainya.
Ia menjelaskan pentingnya bagi anak-anak untuk memahami ketiga nilai tersebut dengan menggunakan logika, etika, dan estetika.
“Jadi nilai Pancasila mencakup unsur benar dan salah, nilai baik dan buruk, serta unsur indah dan tidak indah,” ulasnya.
Dalam kesempatan itu, Muhadjir Effendy menyatakan bahwa nilai kebenaran Pancasila adalah kebenaran filosofis, bukan kebenaran logika formal.
Namun demikian, nilai Pancasila juga mengandung nilai kebenaran universal. Ia mencontohkan bahwa semua bangsa dan negara menginginkan adanya persatuan.
Selain itu, Muhadjir Effendy mencontohkan nilai estetika yang terkandung dalam nilai-nilai Pancasila.
“Saya melihat anak-anak berpakaian tradisional itu sangat indah secara estetika. Tapi saya tidak tahu bagaimana pandangan di luar negeri atau bangsa lain terhadapnya,” katanya.
Dengan demikian, keberagaman kebudayaan dan kesenian Indonesia bisa dilihat dari pandangan sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Di mana pakaian yang sopan dan santun lebih bernilai estetika.
“Karena nilai Pancasila juga bersumber dari Agama. Itu contoh bagaimana nilai Pancasila harus dipahami dengan metode yang berbeda-beda,” ungkapnya.
Ia menjelaskan bahwa mungkin di PPU menerapkan SLP, namun di tempat lain akan menggunakan istilah dan metode yang berbeda dalam pengajaran nilai-nilai Pancasila. Misalnya, di Kediri, pengajaran nilai Pancasila dilakukan dengan cara yang berbeda.
GENERASI MUDA TULANG PUNGGUNG SDM IKN
Muhadjir Effendy menyampaikan bahwa ia sangat suka bersilaturahmi dengan warga ketika mengunjungi Ibu Kota Nusantara (IKN), terutama di PPU dan Kutai Kartanegara (Kukar).
“Karena IKN sangat terbuka untuk warga di sekitar IKN, mendidik anak-anak kita mengenai nilai-nilai Pancasila yang benar akan sangat menentukan masa depan IKN,” terangnya.
Ia berharap perkembangan IKN menjadi kota modern dengan partisipasi dari warga lokal sekitar IKN.
“Mari siapkan anak-anak kita yang nanti akan menjadi tulang punggung dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan IKN,” imbuhnya. (adv/bro3)