SAAT pertama kali mendengar nama bubbor paddas, banyak orang mungkin mengira makanan ini pedas. Padahal, istilah “paddas” dalam bahasa Melayu Sambas berarti beragam sayuran dan rempah dalam bubur tersebut.
Rasa pedasnya berasal dari bumbu merica dan cabai merah, namun tidak berlebihan. Bubbor paddas merupakan kuliner khas masyarakat Melayu Sambas yang tinggal pada pesisir pantai utara Kalimantan Barat.
Hidangan ini biasanya ada pada berbagai tempat, mulai dari kantin sekolah, pasar tradisional, hingga restoran berbintang. Melansir Indonesia Kaya yang mengutip laman resmi indonesia.go.id, penyajian bubbor paddas awalnya hanya saat acara kerajaan atau upacara adat yang sakral.
Namun, saat perang membuat bahan makanan langka, masyarakat Sambas memasak bubbor paddas sebagai simbol semangat kebersamaan. Makanan ini menjadi lambang persatuan dan semangat Bhinneka Tunggal Ika di tengah keterbatasan.
Tidak seperti bubur daerah lain yang masak lembut, bubbor paddas justru dari beras tumbuk sangrai. Kemudian memasak bahan itu bersama sayuran seperti kangkung, daun kesum, dan daun pakis.
Penyajian bubbor paddas biasa dengan ikan teri goreng dan kacang tanah sebagai pelengkap. Menu ini juga populer sebagai hidangan berbuka puasa saat bulan Ramadan karena dapat memulihkan stamina dengan cepat.
Cita rasa bubbor paddas semakin khas berkat aroma daun kesum, yang memiliki nama ilmiah Polygonum odoratum. Daun ini terkenal dengan sebutan mint vietnam atau laksa leaf, dengan aroma segar dan rasa sedikit asam.
Selain sebagai bumbu masakan, daun kesum juga sering untuk pengobatan tradisional Melayu. Masyarakat Melayu percaya air rebusannya dapat membantu mengatasi gangguan pencernaan dan penyakit perut.
Bubbor paddas bukan hanya kuliner tradisional, tetapi juga warisan budaya yang menyatukan masyarakat Melayu Sambas dalam kehangatan dan kebersamaan. (*/bro2)
