BERANDAPOST.COM, PENAJAM – Selain ikan nila dan lele, warga juga bisa membudidayakan komoditas kepiting dalam pekarangan rumah. Tentunya inovasi ini patut untuk para pembudi daya mencobanya.
Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Budi Daya dan Lingkungan, Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Musakkar, menjelaskan bahwa membudidayakan kepiting biasanya dalam tambak. Namun, berbagai inovasi baru memungkinkan sektor budi daya ikan air tawar dan air payau dapat melakukannya pada pekarangan rumah.
“Caranya memanfaatkan apartemen kepiting,” ujar Musakkar, Jumat (25/10/2024).
Ia menerangkan bahwa apartemen kepiting adalah inovasi teknologi budi daya kepiting secara vertikal. Sistem ini menawarkan banyak keunggulan, antara lain hemat lahan, mencegah kanibalisme dan predator, pemberian pakan yang lebih efektif dan efisien, higienis, pertumbuhan kepiting yang lebih cepat, serta pengelolaan air yang lebih terjaga dan terkontrol.
“Jadi masing-masing kepiting dalam satu bok dan bisa melakukan proses penggemukan,” ulasnya.
Musakkar menyebutkan bahwa proses pembesaran kepiting dengan sistem apartemen hanya memerlukan waktu selama sekitar 15 hari.
Biasanya, kepiting yang mendapatkan perawatan dalam apartemen tersebut harus menyesuaikan dengan usia dan ukurannya agar mencapai berat ideal sebelum masa panen.
Dengan cara ini, kepiting akan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi saat para pembudidaya memasarkan.
“Nah, konsepnya budi daya dalam pekarangan. Misalnya yang ada pada samping rumah saja,” katanya.
KOMODITAS KEPITING BAKAU
Bentuk apartemen kepiting berupa boks yang tersusub sedemikian rupa dan harus melakukan penyesuaian dengan kebutuhan pembudi daya. Setiap boks hanya bisa menempatkan satu ekor kepiting dan terus menerus memberikan aliran air payau.
Diskan Kabupaten PPU sering menunjukkan inovasi tersebut dalam beberapa kesempatan, seperti pada Expo IKN 2024.
Tujuannya adalah untuk mempopulerkan apartemen kepiting agar masyarakat dapat menerapkan inovasi tersebut untuk membudidayakan kepiting dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah.
Dalam kesempatan itu, Musakkar menjelaskan bahwa biasanya penerapan apartemen kepiting hanya pada varietas kepiting bakau.
Selama berada dalam apartemen, kepiting-kepiting tersebut memerlukan air payau sesuai dengan habitatnya.
“Airnya mengalir dari satu boks ke boks lain, mengalir ke bawah dan menggunakan sistem filterisasi pada bagian bawah. Jika air kurang, baru menambahkan air payau atau air laut,” urainya.
Untuk memenuhi kebutuhan air, Musakkar melanjutkan, bahwa pembudi daya memerlukan tandon untuk menjaga ketersediaan air payau selalu ada saat mereka membutuhkannya.
Menurutnya, budi daya kepiting pada pekarangan menjadi peluang bagi masyarakat Kabupaten PPU. Apalagi, komoditas kepiting memiliki harga yang cukup mahal untuk setiap satu kilogram. (adv/bro3)