BERANDAPOST.COM, BALIKPAPAN – Penggunaan flare atau suar sejatinya adalah saat dalam kondisi darurat. Bukan untuk memeriahkan perayaan malam tahun baru. Pasalnya, penggunaan flare dapat memicu terjadinya kebakaran, selain juga berpotensi membahayakan keselamatan masyarakat.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Balikpapan, Usman Ali menegaskan hal tersebut menjadi atensi pihaknya bersama kepolisian.
“Flare bukan alat hiburan seperti kembang api, melainkan perangkat darurat untuk sinyal SOS. Risikonya sangat besar kalau menggunakan flare secara sembarangan,” ujar Usman Ali, Selasa (23/12/2025).
Ia menjelaskan, Balikpapan tidak hanya padat dengan pemukiman penduduk, tetapi juga memiliki kawasan industri yang termasuk objek vital nasional (obvitnas). Sehingga sangat rentan apabila penggunaan flare tidak sesuai dengan aturan.
“Balikpapan punya kilang minyak Pertamina. Juga permukiman padat penduduk. Kalau flare jatuh pada kawasan itu, maka bisa memicu kebakaran. Makanya kami melarang penggunaan flare secara sembarangan,” tegasnya.
BPBD telah berkoordinasi dengan Polresta Balikpapan untuk penegakan aturan tersebut. Usman menegaskan masyarakat yang kedapatan menyalakan flare akan diserahkan kepada pihak berwajib.
“Kami sudah koordinasi dengan kepolisian dan akan mengambil tindakan tegas sesuai aturan,” imbuhnya.
Hanya saja ia memastikan kebijakan tersebut berbeda dengan penggunaan kembang api. Untuk kembang api berskala besar, penyelenggara harus mendapatkan izin resmi dan analisa keamanan dari kepolisian melalui Intelkam.
“Tapi kalau masyarakat menyalakan kembang api kecil, tetap kami imbau berhati-hati,” pesannya.
Ia kembali menegaskan bahwa BPBD tidak akan ragu melaporkan pelanggaran penggunaan flare kepada aparat penegak hukum.
“Kalau masih ada yang nekat menggunakan flare, akan kami laporkan. Ini demi keselamatan bersama,” pungkasnya. (bro2)
