BERANDAPOST.COM, TANA PASER – Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kabupaten Paser memvaksinasi ribuan ternak untuk mencegah penyebaran penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau cacar sapi.
LSD adalah penyakit infeksius yang menyerang sapi dan dapat menular dengan cepat. Virus ini penulannya melalui vektor serangga, seperti nyamuk, lalat, dan kutu. Gejala utama LSD adalah benjolan atau “nodul” pada kulit sapi yang dapat muncul ke seluruh tubuh.
Penyakit ini juga dapat menyebabkan demam, kehilangan nafsu makan, penurunan produksi susu, dan pembengkakan pada kelenjar getah bening. LSD tidak menular ke manusia, tetapi dapat menyebabkan kerugian ekonomi besar bagi para peternak karena menurunkan kualitas ternak dan mengganggu produksi susu serta daging.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesmavet Disbunak Paser, Al Habib, menyebutkan pihaknya telah menyiapkan 4.800 dosis vaksin untuk mencegah meluasnya virus tersebut.
“Kami targetkan satu ternak mendapat satu dosis,” ujar Al Habib, Selasa (28/1/2025).
Petugas penyuluhan mulai bekerja melakukan vaksinasi, dan pihaknya menargetkan program ini selesai pada Februari.
Al Habib menjelaskan bahwa virus eksotik ini pertama kali masuk ke Indonesia pada 2022 dan telah menyebar ke Kalbar, Kalteng, serta Kalsel.
“Penyebaran LSD bermula dari Kabupaten Paser karena wilayah ini berbatasan dengan daerah lain. Sama seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), LSD juga masuk dari Kalsel. Informasi awal menunjukkan kasus pada Kecamatan Tanah Grogot,” jelas Al Habib.
PULUHAN SAPI TERJANGKIT LSD
Khusus Kecamatan Tanah Grogot, tercatat 20 sapi telah terjangkit LSD. Sehingga pihaknya segera memvaksinasi ternak, membersihkan kandang, dan memastikan sterilisasi petugas serta peternak.
Ternak yang sudah terinfeksi harus menjalani masa isolasi untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Al Habib menegaskan bahwa virus ini menyebar melalui gigitan lalat atau kotoran ternak.
“Ternak yang terdampak kami isolasi agar tidak menyebar ke sapi lain. Penyebaran virus juga bisa terjadi jika peternak menginjak kotoran ternak terinfeksi dan tidak mengganti alas kaki sebelum memasuki kandang lain,” tambahnya.
Pengobatan ternak juga secara simptomatik, yaitu menangani gejala seperti demam dengan pemberian obat demam, anti alergi, dan vitamin.
“Penyakit ini bisa sembuh, dan dagingnya aman untuk konsumsi setelah tiga minggu masa isolasi,” pungkas Al Habib. (*/bro2)