Perang Dagang AS-China Ancam Ekspor Kaltim dan Devisa RI
Batu bara asal Kaltim selama ini merupakan sumber energi pembangkit listrik bagi berbagai negara. (BerandaPost.com)

Perang Dagang AS-China Ancam Ekspor Kaltim dan Devisa RI

BERANDAPOST.COM, SAMARINDA – Perang dagang antara Amerika Serikat dan China menimbulkan kekhawatiran serius terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia, khususnya Kalimantan Timur (Kaltim).

Amerika Serikat telah menaikkan tarif impor, yang membuat produk ekspor Indonesia menjadi lebih mahal dan kurang kompetitif dalam pasar AS. Kebijakan ini berpotensi menekan kinerja ekspor nasional dan mengganggu cadangan devisa.

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Bayuadi Hardiayanto, menjelaskan bahwa ekspor selama ini menjadi sumber utama cadangan devisa Indonesia. Ketika arus devisa terganggu, nilai tukar Rupiah bisa tertekan akibat ketidakseimbangan pasar valuta asing.

Baca juga: PLN Perkuat Listrik Batulicin Lewat GI 150 kV Baru

Bayuadi menyampaikan bahwa meskipun dampaknya tidak langsung, Kaltim juga mulai merasakan tekanan akibat perang dagang. Sebagai provinsi penyuplai komoditas utama seperti batu bara dan kelapa sawit, Kaltim sangat bergantung pada permintaan dari negara mitra dagang.

“Ketika industri mitra dagang kita terganggu, permintaan domestik mereka terhadap komoditas seperti batu bara dari Kaltim juga ikut menurun,” ungkap Bayuadi, Jumat (25/4/2025).

Bayuadi menambahkan bahwa batu bara Kaltim selama ini merupakan sumber energi pembangkit listrik bagi berbagai negara. Namun, perlambatan ekonomi global akibat perang dagang menurunkan permintaan energi dan berdampak langsung pada volume ekspor batu bara dari Kaltim.

POTENSI LIMPASAN PRODUK

Bayuadi menjelaskan bahwa kebijakan tarif impor tinggi hingga 145 persen terhadap produk China memicu limpahan produk-produk China ke pasar negara lain, termasuk Indonesia. Produk yang gagal masuk pasar AS kini mulai membanjiri pasar alternatif.

“Indonesia termasuk negara yang akan kelimpahan produk-produk dari China,” jelasnya.

Kondisi ini juga menahan mitra dagang Kaltim seperti Tiongkok, India, dan Filipina untuk mengekspor ke AS, sehingga berdampak pada rantai perdagangan global, termasuk regional.

PELUANG DIVERSIFIKASI

Meski menghadapi tantangan, Bayuadi menilai situasi ini sebagai peluang. Ia mendorong agar Kaltim memperluas pasar ekspor ke negara nontradisional seperti kawasan ASEAN, Timur Tengah, dan Afrika. Meskipun volume perdagangan ke wilayah-wilayah tersebut masih lebih kecil daripada Tiongkok dan India, potensi pertumbuhan pasarnya cukup besar.

Baca juga: RI-AS Sepakati Penyesuaian Isu Tarif dan Investasi

Bayuadi menyimpulkan bahwa ketegangan perdagangan global dapat menjadi momentum untuk mendorong diversifikasi pasar ekspor. Langkah ini penting demi menjaga stabilitas ekonomi Kaltim ketika berada dalam ketidakpastian global. (*/bro2)