BERANDAPOST.COM, BALIKPAPAN – “From Zero to Hero”, kalimat tersebut mungkin pantas disematkan pada sosok Makta, Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Balikpapan. Ya, Makta adalah wajah baru pada lembaga penyelenggara pemilu.
Makta, seorang pemuda asal Desa Batubanawa, Kabupaten Buton Tengah, telah menempuh perjalanan yang luar biasa dalam mencapai posisinya saat ini sebagai seorang komisioner. Lahir dan besar di lingkungan pedesaan, perjalanannya penuh dengan tantangan dan ketekunan.
Dari kebingungan setelah lulus SMA pada tahun 2012 hingga akhirnya menemukan panggilan di dunia pendidikan tinggi, Makta tidak pernah kehilangan semangat untuk terus maju.
“Saya pernah kerja sabagai kuli bangunan, pernah juga kerja di (Caribbean Island) Waterpark Balikpapan Regency,” kata Makta kepada Beranda Post, Rabu (27/3/2024).
Gaji yang diterima selama bekerja, Makta selalu menyisihkan sebagian untuk ditabung. Dirinya bersama sang istri sempat merasakan menempati hunian yang jauh dari kata sederhana. Gubuk atau bedeng dijadikannya tempat tinggal alias rumah.
“Saya kuliah, menjadi mahasiswa Uniba (Universitas Balikpapan) pada 2014,” ungkapnya.
Meskipun harus berjuang dengan keterbatasan waktu dan sumber daya, Makta turut aktif dalam berbagai organisasi mahasiswa dan pecinta alam. “Saya bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),” imbuhnya.
Tidak hanya berfokus pada pendidikan, Makta juga menghadapi tantangan dalam kehidupan pribadinya. Menikah pada pertengahan tahun 2016 dan memiliki seorang anak, ia harus mengelola tanggung jawab keluarga sambil mengejar cita-citanya.
Kesempatan kerja yang ditemuinya di industri pengelasan memberikan stabilitas keuangan bagi keluarganya, tetapi panggilan untuk berkontribusi dalam organisasi membawanya pada sebuah keputusan sulit.
Meskipun harus merelakan pekerjaannya, Makta memilih untuk mengambil tanggung jawab di organisasi, menunjukkan komitmen dan integritasnya.
Baca juga: Prakoso Yudho Lelono, Alumnus Ponpes Gontor Memimpin KPU Balikpapan
“Saya percaya bahwa setiap tantangan dan keputusan sulit yang saya hadapi membentuk saya menjadi pribadi yang lebih kuat dan tekun dalam mengejar impian,” ujarnya menegaskan.
Keputusannya untuk terlibat dalam proses demokrasi dengan ikut serta dalam seleksi Panwaslu dan kemudian KPU adalah bukti nyata dari dedikasinya terhadap pelayanan masyarakat sekaligus mengawal demokrasi.
“Saya percaya bahwa dengan ketekunan dan semangat, kita dapat menghadapi segala rintangan dan mencapai apa pun yang kita impikan,” ucapnya penuh keyakinan.
Melalui perjalanan yang panjang dan penuh perjuangan, bahkan pernah merasakan gaji sebesar Rp900 ribu hingga Rp1 juta, Makta akhirnya berhasil mewujudkan mimpinya sebagai seorang komisioner KPU Balikpapan.
“Istri saat tahu saya lolos, cukup kaget, karena sempat gak percaya,” ucapnya.
Dirinya bahkan sempat bertanya ke salah satu senior di kelompok mahasiswa pencinta alam (mapala). Saat itu, Makta hanya diminta berdoa sebanyak-banyaknya, berpasrah sepasrah-pasrahnya.
Setiap saya tanya, hanya itu pesannya sampai akhirnya keluar pengumuman,” tambahnya.
Makta memahami bahwa kesuksesan tidak hanya tentang pencapaian individu, tetapi juga tentang bagaimana memberi dampak positif bagi masyarakat di sekitar.
“Pernah ada titik-titik tertentu yang kosong saya alami, itu sebenarnya yang bikin saya termotivasi, bahwa kehilangan satu ternyata tumbuh yang lain. Kira-kira begitu,” pungkasnya. (bro2)