Pembudidaya Ikan PPU Kunjungi Kolam Nilasa di Yogyakarta
Para peserta bimtek dan narasumber mengabadikan momen selama penyampaian materi budidaya nilasa di Yogyakarta. (Istimewa)

Pembudidaya Ikan PPU Kunjungi Kolam Nilasa di Yogyakarta

BERANDAPOST.COM, PENAJAM – Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), bersama 30 peserta Bimbingan Teknis (Bimtek) Budidaya Nila Salin (Nilasa), mengunjungi kolam budidaya, di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (10/10/2024).

Kegiatan ini merupakan bentuk peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui pendampingan dari Balai Pengembangan Teknologi Perikanan Budidaya (BPTPB) Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) DIY.

Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Budidaya dan Lingkungan, Diskan Kabupaten PPU, Musakkar, bersama Kepala Diskan Kabupaten PPU, Rozihan Azward, turut mendampingi para peserta bimtek.

Musakkar mengatakan kunjungan langsung ke lapangan dapat memberikan gambaran mengenai budidaya Ikan Nila Salin (Nilasa) secara gamblang.

Sehingga para pembudidaya dari tujuh Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) asal Benuo Taka dapat memahami materi yang telah disampaikan dalam sesi sebelumnya.

“Adapun yang disampaikan terkait dengan budidaya nilasa pada berbagai media. Ada yang dikembangkan pada kolam beton dan bioflok, yakni metode terpal bulat,” ujar Musakkar, saat dihubungi berandapost.com.

Adapun isu strategis di bidang perikanan budidaya, khususnya nilasa, terkait dengan efisiensi biaya pakan, kemudian terkait dengan cara memastikan kualitas air pada kolam yang digunakan.

Selain itu, budidaya pada kolam bioflok juga menjadi solusi bagi daerah yang ketersediaan area budidaya semakin berkurang akibat alih fungsi lahan. Keberadaan budidaya dengan metode bioflok juga bermanfaat untuk menjaga mutu kualitas benih.

EDUKASI DUA METODE KOLAM NILASA

Kunjungan ke kolam ikan nila salin
Musakkar (kanan) dan peserta bimtek budidaya nilasa berbincang saat kunjungan ke Curug Bantul, DIY. (Istimewa)

Musakkar menerangkan, penerapan metode bioflok dengan memanfaatkan kolam terpal bulat cukup menantang. Karena segala sesuatunya harus dilakukan secara terukur dan perlu dikontrol.

“Perlu oksigen, sehingga sangat dibutuhkan aliran listrik yang stabil,” ungkapnya.

Selain oksigen, metode bioflok turut mengandalkan atau memanfaatkan keberadaan mikro organisme yang menjadi pakan alami dalam kolam. Sehingga apat menekan jumlah pakan yang mestinya lebih banyak jika nilasa dipelihara pada kolam beton atau tambak alami.

Dalam kesempatan itu, puluhan pembudidaya asal Benuo Taka diajak mengelilingi lokasi pembudidayaan nilasa.

Ada beberapa tambak yang memang sudah menghasilkan komoditas nilasa secara sukses.

“Kalau pemanfaatan kolam beton, maka perawatannya sama seperti ternak Ikan di alam,” imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, Musakkar menerangkan bahwa peserta bimtek tampak antusias membudidayakan nilasa dengan sistem bioflok.

Sebab masa produksi nilasa, mulai dari bibit hingga panen hanya memerlukan waktu yang cukup singkat, yakni sekitar tiga sampai empat bulan.

“Kemarin sudah dihitung analisanya, lebih menguntungkan penerapan bioflok,” imbuhnya. (adv/bro3)