BERANDAPOST.COM, BALIKPAPAN – Pemerintah Kota (Pemkot) bersama Japan International Cooperation Agency (JICA) telah menggelar pertemuan pada di Aula Bappeda Litbang Kota Balikpapan pada Selasa (30/1/2024) lalu. Pertemuan tersebut membahas rencana pengembangan Tri-City.
Tri-City meliputi Ibu Kota Nusantara (IKN), Kota Balikpapan dan Kota Samarinda yang merupakan bentuk komitmen Kementerian PPN/Bappenas dan JICA.
Pelaksanaannya akan dilakukan melalui skema kerjasama teknis “Project for Development Master Plan in East Kalimantan”. Selanjutnya JICA melaksanakan kunjungan lapangan lanjutan.
Selain terfokus pada pengembangan masterplan Tri-City, JICA juga membidik pengembangan Kalimantan Timur (Kaltim).
Kepala Bappeda Litbang Kota Balikpapan, Murni memaparkan terkait dampak IKN terhadap Kota Balikpapan. Salah satunya adalah terkait peningkatan volume sampah dari 450 ton menjadi 520 ton per hari.
“Data penduduk kami berdasarkan data resmi BPS adalah 730 ribuan jiwa. Hilirnya adalah tingkat kemacetan di Balikpapan sudah mulai terasa di jam sibuk siang dan sore,” sebutnya saat itu.
Inflasi Kota Balikpapan pada dua tahun terakhir juga selalu tinggi di atas nasional dam provinsi.
“Selain itu terjadi perubahan perilaku semisal masyarakat Balikpapan itu tertib berlalu lintas. Sekarang sudah mulai berubah. Salah satunya adalah pelanggaran lalulintas,” terangnya.
Sementara di sisi positif, antara lain dari segi perekonomian. Mulai dari pembangunan IKN, juga dengan dampak Covid19 beberapa waktu lalu.
Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) cukup tinggi. Dari semula hanya 20 ribu, kini sudah 40 ribu unit usaha.
“Dan ini berdampak pada penurunan tingkat pengangguran. Dari angka 8,9 persen menjadi 6,7 persen,” sebutnya.
Ia juga membeberkan, jumlah penduduk sebenarnya sudah mencapai satu juta orang. Ini tampak dari sejumlah proyek strategis nasional yang ada.
“Ini mendatangkan pekerja dari luar daerah. Jadi ini berdampak pada peningkatan kebutuhan dan mempengaruhi nilai inflasi tadi,” ungkap Murni.
Selain itu juga terlihat dari kebutuhan air bersih, dimana air baku di Kota Balikpapan sudah defisit 800 liter per detik. Sehingga semua menjadi tantangan untuk memenuhi kebutuhan.
“Dampak dari IKN. Tapi walaupun tanpa IKN, kami di Balikpapan juga bermimpi untuk menjadi kota besar yang tertata dan kebutuhan terpenuhi,” lanjutnya. (*/bro2)